Wajib Tahu, Berikut 7 Jenis Konten yang Berhasil Menaikkan Engagement
Engagement merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur keberhasilan sebuah konten. Dalam dunia digital, engagement mencakup berbagai aktivitas seperti komentar, like, share, klik, hingga waktu yang dihabiskan untuk membaca atau menonton konten Anda. Untuk mencapainya, pemilihan jenis konten yang tepat menjadi kunci utama. Berikut adalah beberapa jenis konten yang terbukti efektif mendatangkan engagement.
1. Konten Interaktif
Konten interaktif adalah jenis konten yang mendorong audiens untuk aktif berpartisipasi. Konten interaktif, seperti kuis, polling, dan survei, menawarkan pengalaman yang lebih menarik bagi audiens.
Dengan melibatkan audiens secara aktif, konten ini tidak hanya meningkatkan engagement, tetapi juga memberikan wawasan berharga tentang preferensi dan opini mereka. Contohnya saja, menggunakan polling di Instagram Stories atau membuat kuis di situs web dapat memicu keterlibatan yang lebih tinggi karena audiens merasa terlibat langsung dalam proses komunikasi.
2. Video Pendek
Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts menunjukkan bahwa kini video pendek sangat diminati. Konten vide pendek mampu menjelaskan topik tertentu dalam waktu singkat dengan cara yang menarik.
Anda dapat mengikuti beberapa tipe video, yaitu tutorial singkat seperti cara membuat nasi goreng dengan tiga bahan, membahas fakta menarik atau tren terkini, atau bercerita mengenai kisah sukses atau perubahan hidup yang dikemas dengan storytelling.
Video pendek sering kali mendatangkan engagement lebih tinggi karena lebih mudah diakses dan dapat disimak tanpa memakan banyak waktu.
3. Konten Edukasi
Audiens selalu mencari informasi yang dapat memperkaya wawasan mereka. Konten edukasi yang disampaikan dengan cara menarik, baik melalui artikel, infografik, maupun video, dapat menarik perhatian dan meningkatkan engagement.
Beberapa ide untuk konten edukasi yang banyak diminati saat ini di antaranya, bidang finance seperti cara mengelola keuangan di usia muda, tip sehari-hari seperti cara mudah membersihkan noda baju, atau membahas fakta menarik yang belum banyak diketahui masyarakat.
Konten edukasi biasanya memiliki daya tarik jangka panjang karena sering kali dibagikan oleh audiens kepada orang lain.
4. Konten Visual yang Estetis
Infografis dan gambar yang menarik secara visual dapat menyampaikan informasi kompleks dengan cara yang lebih mudah dipahami. Konten visual yang menarik dapat meningkatkan daya tarik visual dan memudahkan audiens untuk berbagi konten tersebut.
Platform seperti Instagram sangat cocok untuk jenis konten ini. Pastikan juga untuk menggunakan desain yang bersih dan informasi yang jelas agar pesan dapat tersampaikan dengan baik.
5. Konten Berbasis Tren
Mengikuti tren terkini dan memanfaatkannya dalam konten Anda dapat meningkatkan visibilitas dan engagement. Anda dapat mengikuti tantangan yang sedang viral atau menggunakan hashtag populer dapat memperluas jangkauan konten Anda. Selain itu, Anda juga dapat membuat konten parodi atau reaksi terhadap sesuatu yang sedang trending.
Namun, penting untuk memastikan bahwa konten yang Anda buat tetap relevan dengan brand dan audiens Anda agar tidak terkesan memaksakan.
6. Konten User-Generated
Konten yang dihasilkan oleh pengguna (user-generated content) seperti ulasan, testimoni, dan foto yang dibagikan oleh pelanggan dapat meningkatkan kepercayaan dan engagement. Dengan mendorong audiens untuk berbagi pengalaman mereka dengan produk atau layanan Anda, Anda tidak hanya mendapatkan konten autentik tetapi juga memperkuat komunitas di sekitar brand Anda.
7. Konten Eksklusif
Memberikan akses ke konten eksklusif, seperti diskon khusus, webinar, atau konten premium, dapat memotivasi audiens untuk berinteraksi lebih lanjut dengan brand Anda. Konten eksklusif memberikan nilai tambah yang membuat audiens merasa istimewa dan lebih terikat dengan brand.
Guna menaikkan engagement, penting bagi pembuat konten untuk memahami audiens dan menciptakan jenis konten yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kombinasi antara kreativitas, nilai edukasi, dan relevansi dengan tren menjadi kunci sukses dari konten Anda.
Jangan lupa juga bahwa keterlibatan audiens bukan hanya soal jumlah tetapi juga kualitas interaksi yang tercipta. Dengan konsistensi dan inovasi, konten Anda akan semakin menarik dan berhasil mencapai tujuan engagement yang diinginkan.
Yuk, Cari Tahu 30 Penyebab Penurunan Penjualan dalam Bisnis!
Dalam menjalankan bisnis, penjualan dapat dikatakan sebagai salah satu indikator kesuksesan. Namun, sering kali pelaku usaha menghadapi tantangan berupa penurunan penjualan yang signifikan.
Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab situasi ini, baik dari internal perusahaan maupun eksternal. Nah, artikel kali ini akan membahas beberapa penyebab yang dapat memengaruhi penurunan penjualan bisnis Anda. Yuk, disimak!
Penyebab Internal Penurunan Penjualan
Salah satu penyebab penurunan penjualan dalam bisnis terkadang datang dari internal bisnis itu sendiri, seperti:
1. Kualitas roduk menurun
Produk yang tidak sesuai dengan harapan pelanggan atau mengalami penurunan kualitas dapat menyebabkan pelanggan berpindah ke kompetitor.
2. Harga yang tidak kompetitif
Harga yang terlalu mahal dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran bisa menjadi penghalang utama bagi pelanggan untuk memilih produk Anda.
3. Kurangnya inovasi produk
Pelanggan membutuhkan sesuatu yang baru dan menarik. Kurangnya inovasi dapat membuat produk Anda terkesan membosankan.
4. Strategi pemasaran yang kurang efektif
Promosi yang tidak menarik atau salah sasaran akan menyebabkan pelanggan tidak mengetahui produk Anda.
5. Pelayanan pelanggan yang buruk
Pelanggan cenderung tidak kembali bila mereka merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan.
6. Persediaan barang tidak memadai
Stok barang yang sering habis juga dapat menurunkan kepercayaan pelanggan.
7. Kesalahan manajemen operasional
Kesalahan dalam manajemen seperti distribusi barang yang lambat atau tidak efisien juga dapat mengurangi minat beli pelanggan.
8. Ketidaksesuaian target pasar
Memasarkan produk ke audiens yang salah dapat membuat bisnis Anda kehilangan potensi pembeli.
9. Kurangnya pelatihan karyawan
Karyawan yang tidak terampil dapat memengaruhi efisiensi operasional dan kepuasan pelanggan.
10. Kurang mengoptimalkan teknologi
Tidak menggunakan teknologi modern seperti e-commerce atau digital marketing dapat membuat bisnis Anda kalah bersaing.
Penyebab Eksternal Penurunan Penjualan
Di sisi lain, penyebab eksternal juga dapat memengaruhi penurunan penjualan dalam suatu bisnis.
11. Persaingan yang semakin ketat
Munculnya kompetitor baru dengan strategi yang lebih menarik dapat mengalihkan pelanggan Anda.
12. Perubahan tren pasar
Tren pasar yang berubah cepat dapat membuat produk Anda terlihat usang atau sudah tida relevan dengan masa kini.
13. Kondisi ekonomi yang buruk
Penurunan daya beli masyarakat akibat resesi atau inflasi juga dapat berdampak langsung pada penjualan.
14. Pandemi atau bencana alam
Krisis seperti pandemi atau bencana alam, seperti Covid beberapa tahun lalu, dapat mengganggu rantai pasok dan menurunkan minat beli masyarakat.
15. Kebijakan pemerintah yang tidak mendukung
Terkadang, terdapat peraturan baru yang menyulitkan operasional bisnis, sehingga menjadi faktor signifikan penurunan penjualan.
16. Musim atau periode waktu tertentu
Beberapa produk hanya laris di musim tertentu, sehingga di luar musim tersebut penjualan produk tertentu cenderung turun.
17. Review atau ulasan negatif
Ulasan buruk dari pelanggan di media sosial atau platform review lainnya dapat memengaruhi reputasi bisnis Anda.
18. Krisis kepercayaan pelanggan
Kasus tertentu seperti produk cacat atau layanan yang buruk dapat membuat pelanggan kehilangan kepercayaan pada produk Anda.
19. Tingkat kompetensi yang rendah di pasar
Kurangnya pemahaman pasar lokal bisa menyebabkan strategi bisnis Anda tidak efektif.
20. Kesalahan dalam branding
Brand yang tidak jelas atau tidak sesuai dengan target pasar bisa membuat pelanggan bingung atau tidak tertarik.
Faktor Lain yang Dapat Memengaruhi Penjualan
Selain faktor internal dan eksternal, penurunan penjualan dalam bisnis juga dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya:
21. Lokasi toko yang tidak strategis
Bisnis dengan lokasi toko yang sulit dijangkau, pada akhirnya akan kesulitan menarik pelanggan.
22. Kurangnya promosi di media sosial
Di era digital sekarang ini, media sosial adalah alat pemasaran penting. Abainya suatu bisnis pada platform ini dapat menurunkan brand awareness bisnis tersebut.
23. Terlalu fokus pada satu saluran penjualan
Ketergantungan pada satu saluran penjualan saja, seperti toko offline tanpa adanya toko online, dapat membatasi potensi pendapatan.
24. Kurangnya kolaborasi atau kemitraan
Bisnis yang tidak menjalin kerja sama dengan pihak lain seperti distributor atau influencer akan sulit menjangkau audiens lebih luas.
25. Penanganan keluhan yang lambat
Pelanggan yang tidak puas dan keluhan yang tidak ditangani dengan baik bisa membuat mereka beralih ke kompetitor.
26. Diskon atau promo yang kurang menarik
Promo yang tidak kreatif atau terlalu jarang diadakan dapat menurunkan minat beli pelanggan.
27. Kurangnya analisis data penjualan
Tanpa analisis yang baik, bisnis tidak bisa mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
28. Overbranding
Branding yang terlalu dipaksakan atau tidak sesuai dengan produk justru dapat menciptakan kesan negatif.
29. Peningkatan biaya operasional
Biaya operasional yang melonjak tanpa adanya peningkatan penjualan dapat menyebabkan bisnis Anda kesulitan bersaing.
30. Kurangnya fokus pada pelanggan setia
Mengabaikan pelanggan setia dan terlalu fokus mencari pelanggan baru dapat merugikan bisnis Anda.
Jadi, penurunan penjualan bisnis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari internal maupun eksternal. Sangat penting bagi pelaku usaha untuk rutin mengevaluasi kinerja bisnis, memperbarui strategi bisnis, dan tetap fleksibel terhadap perubahan pasar.
Dengan memahami penyebab penurunan penjualan, Anda dapat mengambil langkah proaktif untuk memperbaiki dan mengoptimalkan kinerja bisnis Anda.
Ad Schedule: Fitur Google Ads yang Bikin Iklan Makin Efektif
Google Ads telah menjadi pilihan populer bagi bisnis yang ingin memperluas jangkauan dan menarik audiens potensial. Namun, meski banyak fitur yang ditawarkan, fitur Ad Schedule adalah salah satu yang menonjol karena bisa membuat iklan berjalan lebih efektif.
Simak penjelasan tentang fitur ini, mulai dari pengertian hingga cara mengaturnya.
Pengertian Ad Schedule
Ad Schedule merupakan salah satu fitur Google Ads yang memungkinkan pengiklan untuk menentukan waktu kapan iklan mereka akan ditayangkan. Dengan fitur ini, iklan dapat disesuaikan berdasarkan hari dan jam tertentu yang dianggap paling efektif untuk mencapai audiens yang tepat.
Fitur ini sangat membantu agar iklan hanya aktif pada waktu-waktu yang paling sesuai dengan kebiasaan pengguna, sehingga dapat mengoptimalkan hasil kampanye iklan.
Cara Kerja Ad Schedule
Cara kerja Ad Schedule cukup sederhana namun sangat efektif. Pengiklan dapat mengatur jadwal penayangan iklan sesuai kebutuhan, misalnya pada hari-hari atau jam-jam tertentu saja. Saat Ad Schedule diaktifkan, Google akan menampilkan iklan hanya pada waktu yang ditentukan.
Sistem ini bekerja dengan menganalisis performa iklan di berbagai waktu dan akan mengikuti jadwal yang sudah diatur. Hal ini berguna untuk menargetkan audiens secara lebih spesifik sesuai dengan kebiasaan online mereka.
Kelebihan Ad Schedule
Menggunakan Ad Schedule memberikan berbagai keuntungan, di antaranya:
1. Tidak perlu pause iklan
Dengan adanya Ad Schedule, pengiklan tidak perlu lagi untuk menghentikan (pause) iklan secara manual. Fitur ini akan otomatis menjalankan atau menghentikan iklan sesuai jadwal yang telah diatur, sehingga memudahkan manajemen iklan.
2. Learning phase tidak terganggu
Dalam Google Ads, setiap perubahan pada iklan dapat memengaruhi fase pembelajaran (learning phase) yang berlangsung untuk mengoptimalkan performa iklan. Ad Schedule memungkinkan perubahan jadwal tanpa mengganggu fase pembelajaran, sehingga proses optimasi berjalan lebih lancar.
3. Lebih efektif karena menyesuaikan kebiasaan audiens
Ad Schedule memungkinkan iklan muncul hanya pada waktu-waktu tertentu yang dianggap paling efektif berdasarkan kebiasaan audiens. Hal ini membuat iklan menjadi lebih relevan bagi audiens karena iklan tampil saat mereka kemungkinan besar sedang online atau dalam kondisi siap untuk melakukan tindakan.
4. Budget tidak terbuang sia-sia
Salah satu masalah umum dalam iklan online adalah pengeluaran yang tidak efektif karena iklan tampil pada waktu yang kurang tepat. Dengan adanya fitur Ad Schedule, pengeluaran iklan dapat difokuskan pada jam-jam tertentu, sehingga budget iklan tidak terbuang percuma dan lebih optimal.
Kekurangan Ad Schedule
Walaupun Ad Schedule banyak menawarkan keuntungan, fitur ini tetap saja memiliki beberapa kekurangan yang perlu Anda perhatikan, yaitu:
Keterbatasan fleksibilitas
Bagi beberapa bisnis yang membutuhkan penayangan iklan sepanjang waktu, Ad Schedule mungkin dirasa kurang fleksibel karena iklan tidak akan tampil secara terus menerus. Namun, bagi pengiklan yang menginginkan efisiensi budget, hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah.
Memerlukan pengaturan awal yang tepat
Agar fitur Ad Schedule bisa berjalan maksimal, pengiklan harus melakukan analisis awal untuk menentukan waktu terbaik untuk iklan ditayangkan. Jika analisis awal tidak tepat, maka iklan mungkin kehilangan kesempatan menjangkau potensial audiens di luar jam yang sudah diatur.
Cara Mengatur Ad Schedule
Pengaturan Ad Schedule pada Google Ads sangat mudah dilakukan. Berikut adalah langkah-langkahnya.
1. Masuk ke akun Google Ads Anda dan pilih Campaigns yang ingin diatur jadwalnya.
2. Di menu bagian Audiences, keywords, and content, klik panah drop-down.
3. Pilih Ad schedule.
4. Klik ikon dengan gambar pensil, lalu pilih kampanye iklan yang ingin Anda atur jadwalnya.
5. Atur hari dan waktu spesifik sesuai dengan kebutuhan Anda.
6. Klik Save dan Anda akan melihat perubahan yang telah dibuat pada halaman Ad schedule.
Tip Menggunakan Ad Schedule
Guna memaksimalkan penggunaan Ad Schedule, terdapat beberapa tip yang bisa Anda terapkan, di antaranya:
Gunakan data historis
Menganalisis data historis kampanye iklan dapat membantu Anda menentukan waktu yang paling efektif. Gunakan insight dari Google Analytics atau laporan performa iklan sebelumnya untuk menentukan waktu terbaik bagi penayangan iklan.
Sesuaikan dengan jenis bisnis Anda
Untuk bisnis yang bergantung pada waktu tertentu, seperti restoran atau e-commerce yang ramai pada jam-jam tertentu, manfaatkan Ad Schedule untuk menargetkan jam tersebut.
Jangan lupakan optimasi budget
Pastikan budget dialokasikan sesuai dengan jam penayangan yang diatur agar tidak ada pemborosan.
Ad Schedule adalah fitur Google Ads yang memberikan fleksibilitas bagi pengiklan untuk mengatur waktu penayangan iklan. Dengan memanfaatkan Ad Schedule, iklan bisa lebih efektif karena muncul sesuai dengan kebiasaan audiens, sehingga fase pembelajaran tidak terganggu, dan budget dapat dimaksimalkan.
Dengan menggunakan Ad Schedule secara optimal, bisnis dapat menghindari penayangan iklan pada waktu yang kurang efektif, sehingga mencapai hasil yang lebih baik tanpa harus mengeluarkan budget berlebih.